DP Rp 500.000,00 BAYAR SUKA-SUKA

Muhammadiyah Percepat Gerakan Makan Bergizi Nasional, Wujudkan Dakwah Al-Ma’un di Bidang Gizi

Oplus_131072

M. Nurul Yamin, Ketua Koordinator Nasional Makan Bergizi Muhammadiyah menegaskan bahwa program MBG sejalan dengan spirit dakwah Muhammadiyah sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maun.

Lebih lanjut dikatakan Yamin, bahwa pada kesempatan ini akan dilaunching 125 SPPG atau Dapur yang telah selesai pembangunan dan  siap beroperasi, maupun yang telah beroperasi.

“Sementara itu juga masih terdapat 150 Calon SPPG atau Dapur yang masih dalam proses penyelesaian pembangunan, dan siap diresmikan bulan November 2025

Baca juga: Pemkot Tangerang Buka Sayembara Desain Revitalisasi Masjid Agung Al-Ittihad, Total Hadiah Rp 87 Juta

 Launching Nasional Tahap Kedua SPPG/Dapur Muhammadiyah ini akan dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana pada 24 Oktober 2025 di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

“Dalam pelaksanaan MBG ini Muhammadiyah lebih menekankan pada kualitas dan tata kelola yang baik, dengan terus  mengakselerasi dan  meningkatkan  jumlah SPPG atau Dapur secara signifikan,” jelas Yamin seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima redaksi pada Rabu (22/10).

Dalam praktik program MBG ini, Muhammadiyah mengembangkan lima model SPPG atau Dapur diantaranya:

  1. Model Dapur/SPPG Sekolah.

Model ini berbasis pada sekolah yang mampu mendirikan SPPG dan tidak hanya melayani siswa-siswi sekolah yang bersangkutan, tetapi juga sekolah di sekitarnya. Model ini memperpendek jarak distribusi dan juga mendapat pengawasan langsung dari sekolah. Beberapa sekolah Muhammadiyah, terlebih yang memiliki jurusan Tata Boga telah menetapkan model SPPG/Dapur berbasis sekolah.

Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan 1447 H Jatuh pada 18 Februari 2026

2. Model Dapur/SPPG Pesantren.

Model SPPG Pesantren dikembangkan karena pesantren telah memiliki jumlah santri yang mencukupi untuk dilakukan pelayanan melalui SPPG. SPPG Pesantren ini juga melayani masyarakat sekitar  penerima manfaat lainnya seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita . Pengelola pesantren terlibat dalam pengawasan SPPG untuk bisa berjalan dengan baik. Beberapa pesantren Muhammadiyah sudah menjalankan program MBG berbasis pesantren.

  1. Model Dapur/SPPG Panti Asuhan

SPPG Panti Asuhan merupakan salah satu alternatif bentuk SPPG yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dengan harapan program MBG ini dapat menjangkau semua kalangan, termasuk anak-anak panti asuhan. Beberapa panti Asuhan Muhammadiyah menjadi model penyelenggaraan program MBG berbasis panti asuhan.

  1. Model Dapur/SPPG Kampus.

SPPG Model Kampus merupakan bentuk kepedulian perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah mensukseskan program MBG dengan melibatkan sumberdaya kampus yang terintegrasi dengan kegiatan catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah

  1. Model Dapur/SPPG Umum

Model SPPG Umum  ini sebagaimana model SPPG yang dikembangkan oleh BGN. Hanya saja model SPPG yang dikelola Muhammadiyah ini dikelola oleh Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah, maupun Organisasi Otonom di berbagai level organisasi. Model SPPG ini melayani sekolah/pesantren serta penerima manfaat lainnya seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Muhammadiyah, Yamin menekankan tiga pilar program Makan Bergizi Muhammadiyah ; Pilar Pertama, Keamanan Pangan. Ini harus menjadi  pegangan utama dengan zero tolerance terhadap kesalahan baik dalam menjaga kualitas bahan baku, kualitas peralatan dan lingkungan,  proses memasak, dan distribusi. Pilar Kedua, Profesional dan Amanah.

“Program MBG ini harus dilaksanakan dengan tatakelola yang profesional dan amanah sebagai wujud pengabdian pada bangsa dan agama, dan melayani dengan sepenuh hati. Menghindari perbuatan tercela dalam pengelolaan yang bertentangan dengan akuntabilitas, termasuk dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan,”jelas Yamin.

Ketiga, Pilar Ekosistem Terintegrasi dan Berkelanjutan. Program MBG ini bukan kegiatan jangka pendek dan singkat, tetapi memiliki jangka waktu cukup panjang dan melibatkan banyak pihak.

“Untuk itu harus dijaga keberlanjutannya dengan baik, memperkuat koordinasi, konsolidasi, dan sinergi para pihak baik internal persyarikatan maupun eksternal persyarikatan,”pungkas Yamin.(SDA)

ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL TERBARU

Menu