JN-Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan pentingnya profesionalitas dan keteladanan dalam mengembangkan dakwah di era modern. Hal ini disampaikan saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Pengurus Pusat Al Irsyad Al Islamiyah di Tavia Heritage, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
“Hati-hati dan profesional dalam mengembangkan dakwah. Kita harus menguasai metodologi dakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman,” pesan Menag.
Menag menegaskan bahwa lingkungan pondok pesantren dan organisasi keagamaan Islam adalah laboratorium peradaban publik. Di sinilah nilai-nilai keislaman dan kebangsaan diuji sekaligus diwujudkan dalam kehidupan sosial yang damai dan produktif.
Baca juga: MK Diminta Uji Konstitusionalitas Aturan Kewajiban Bahasa Indonesia dalam Perjanjian
“Saya percaya Al Irsyad telah menjadi kontributor besar dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana peran besar pesantren lainnya,” ujarnya.
Dalam arahannya, Menag menekankan pentingnya adab dan penghormatan dalam tradisi keilmuan Islam. Ia mengutip pepatah klasik, “Guru di depan murid bagaikan Nabi di depan sahabat.”
“Lihatlah bagaimana Nabi Musa begitu hormat kepada Nabi Khidir. Beliau mengatakan ‘Sami‘na wa atho‘na’ — kami mendengar dan kami taat. Begitu seharusnya hubungan murid dan guru dalam menuntut ilmu,” jelasnya.
Menurut Menag, mempersiapkan cendekiawan muslim sejati bukan perkara mudah. “Cendekiawan itu bukan hanya orang yang banyak tahu, tetapi yang bermanfaat ilmunya bagi masyarakat luas. Kalau seseorang telah mempraktikkan apa yang ia pelajari, maka itulah intelektual sejati,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menag menjelaskan filosofi keislaman yang tersirat dalam konsep Ummi, Amamah, Imam, Makmum, Imamah, dan Ummah.
Menurutnya, Ummi menggambarkan manusia yang fitrah dan siap menerima ilmu; Amamah atau sorban adalah simbol kehormatan dan tanggung jawab keilmuan; Imam berarti pemimpin yang menuntun umat; sedangkan Makmum adalah pengikut yang taat dan menghormati pemimpinnya. Dari hubungan itu lahirlah Imamah, yaitu sistem kepemimpinan yang adil dan berakhlak, untuk membentuk Ummah — masyarakat Islam yang berperadaban.
“Rangkaian konsep ini mengajarkan kita bahwa kepemimpinan sejati lahir dari ilmu, adab, dan tanggung jawab moral. Dakwah harus berangkat dari pemahaman yang mendalam, bukan sekadar retorika,” ungkapnya.
Menag juga menegaskan pentingnya mewujudkan umat wasathiyah, yakni umat yang moderat, seimbang, dan adil dalam berpikir dan bertindak. “Dalam konteks saat ini, kita tidak cukup hanya memikirkan apa yang dikatakan, tapi juga siapa yang mengatakannya. Keteladanan menjadi hal utama dalam dakwah dan pendidikan umat,” imbuhnya.
Menag turut menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh Pemerintah RI terhadap kiprah PP Al Irsyad Al Islamiyah.
“Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, saya memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada PP Al Irsyad. Saya tidak ragu bahwa Al Irsyad memiliki banyak tokoh besar — yang mungkin tidak populer di bumi, tapi sangat populer di langit,” pungkasnya.(SDA)


