PUPR Kota Tangerang

Karo HKP: Humas Kemenag Harus Menjaga Reputasi dan Terkoneksi dengan Masyarakat

JN-Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Agama, Thobib Al Asyhar, menegaskan pentingnya kerja cerdas oleh humas PTKIN dalam menghadapi dinamika era digital. Thobib menekankan bahwa humas dituntut tidak lagi bekerja secara konvensional.

“Untuk memitigasi segala persoalan, Humas PTKIN dituntut untuk berpikir out of the box, kreatif, dan inovatif,” ujarnya pada kegiatan Sinkronisasi Tata Kelola Kehumasan PTKIN se-Jawa Madura di Kediri, Kamis (27/11/2025).

Thobib menyampaikan bahwa tantangan humas di perguruan tinggi semakin kompleks, baik dari aspek teknologi maupun ekspektasi publik. Ia mengibaratkan peran humas seperti sosok Nabi Musa yang diajarkan untuk kuat, sabar, dan komunikatif.

Baca juga: Kemenag Terima Hibah 10 Ha Tanah untuk Pendirian IAIN Bima

“Humas sering menghadapi segala macam tantangan. Jika merujuk ke surah Taha ayat 25: ‘berikanlah kelapangan dada dalam menghadapi segala kemungkinan, mudahkanlah urusanku, berilah kemampuan dalam menyampaikan suatu narasi atau diksi yang tepat’,” tuturnya.

Menurutnya, ketenangan dan kejernihan berpikir menjadi fondasi penting dalam menyusun komunikasi publik yang efektif. Thobib juga mengingatkan bahwa humas bukan manusia yang hanya kerja, tetapi manusia utuh dengan dimensi yang saling terkait.

“Kita sebagai humas harus memahami bahwa kita adalah makhluk kognitif, emosional, sosial, dan spiritual. Semuanya mesti diintegrasikan. Humas harus bisa menyampaikan sesuatu yang benar dengan cara yang baik,” katanya.

Baca juga: Wamenag Minta Madrasah Jabar Bertransformasi Jadi Center of Excellence

Pendekatan holistik dalam praktik kehumasan dianggap penting agar pesan yang disampaikan tidak hanya informatif, tetapi juga beretika dan berdampak positif.

Thobib juga menekankan urgensi publikasi yang konsisten terhadap capaian-capaian perguruan tinggi. Menurutnya, reputasi kampus tidak akan terbentuk apabila prestasi internal tidak pernah dikomunikasikan keluar.

“Sehebat apa pun karya atau capaian perguruan tinggi kalau tidak pernah disampaikan ke publik, maka publik juga tidak akan pernah tahu,” tegasnya.

Thobib menambahkan bahwa banyak karya kampus yang sejatinya dibutuhkan masyarakat, namun tidak tersampaikan dengan baik. “Banyak karya kampus yang dibutuhkan dan menjadi rujukan dan harus disampaikan ke publik. Contohnya seperti prestasi-prestasi dosen, prestasi mahasiswa, inovasi unik yang tercipta antara mahasiswa dan daerahnya,” sambungnya.

Ia mendorong para humas PTKIN membangun narasi yang lebih hidup dan relevan. Storytelling, menurutnya, adalah kunci untuk menumbuhkan kedekatan antara institusi dan masyarakat.

“Narasi yang kita bangun harus memiliki nilai storytelling, harus bisa menceritakan dan mampu engaged atau terhubung dengan pembaca. Kampus harus hadir dan terkoneksi dengan kebutuhan masyarakat,” kata Thobib. Dengan pendekatan naratif yang kuat, informasi kampus tidak hanya menjadi laporan, tetapi menjadi kisah yang menginspirasi.

Menutup materinya, Thobib menegaskan bahwa peran humas tidak boleh dipersempit hanya sebagai operator kamera atau dokumentasi acara. “Humas itu bukan hanya tukang foto atau video, tapi humas harus menjadi agen perubahan, harus menjadi pusat sirkulasi membangun reputasi kampus, reputasi pemerintah,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh peserta untuk menguatkan kapasitas, memperluas jejaring, dan menjadikan humas sebagai kekuatan strategis yang memajukan PTKIN di tengah persaingan di era digital.

Kegiatan yang dihadiri para humas PTKIN se-Jawa Madura ini diharapkan menjadi momentum penyamaan visi dan penguatan tata kelola komunikasi publik, agar perguruan tinggi keagamaan semakin adaptif dan berpengaruh di ruang digital.

Dalam acara ini turut hadir Rektor UIN Syekh Wasil Kediri Wahidul Anam, Ketua Forum Humas PTKIN Zidnie Ilman Elfikri dan para humas PTKIN se-Jawa Madura.(IMH)

ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL TERBARU

Menu